- PENDAHULUAN
Tujuan pendidikan menengah acap kali dibiaskan
oleh pandangan umum demi mutu keberhasilan akademis seperti
presentase lulusan, tingginya nilai ujian nasional, atau presentase
kelanjutan ke perguruan tinggi.
Penyiapan peserta didik demi melanjutkan ke
pendidikan yang lebih tinggi akan menyita perhatian pada materi
pelajaran, agar para lulusan dapat lolos ke jenjang selanjutnya atau
ke perguruan tinggi. Akibatnya, proses pendidikan di jenjang menengah
akan kehilangan bobot dalam proses pembentukan pribadi. Maka dari itu
pembentukan pribadi, pendamping pribadi, pengasahan nilai-nilai
kehidupan dan pemeliharaan kepribadian siswa sangat diperlukan di
sekolah menengah.1
- RUMUSAN MASALAH
- Bagaimanakah bimbingan konseling di sekolah menengah?
- Bagaimanakah bimbingan konseling di sekolah menengah pertama?
- Bagaimanakah bimbingan konseling di sekolah menengah atas?
- Apa saja macam bimbingan konseling di sekolah menengah?
- PEMBAHASAN
- Bimbingan konseling di sekolah menengah
Bimbingan konseling yang sebenarnya paling
potensial menggarap pemeliharaan pribadi-pribadi, ditempatkan dalam
konteks tindakan-tindakan yang menyangkut disipliner
siswa. Memanggil, memarahi, menghukum adalah proses klasik yang
menjadi label BK di banyak sekolah. Dengan kata lain, BK diposisikan
sebagai “musuh” bagi siswa bermasalah atau nakal.
Seharusnya Bimbingan Konseling dapat menjadi pendamping dan
penyeimbang bagi para siswa, lebih-lebih pada siswa yang sudah
menempuh jenjang sekolah menengah.
Mendesak untuk diwujudkan, prinsip
keseimbangan dalam pendampingan orang-orang muda yang masih dalam
tahap pencarian diri. Orang-orang muda di sekolah menengah lazimnya
dihadapkan pada celaan, cacian, cercaan, dan segala sumpah-serapah
kemarahan jika membuat kekeliruan. Namun, jika melakukan hal-hal yang
positif atau kebaikan, kering pujian, sanjungan atau peneguhan.
Betapa kesenjangan ini membentuk
pribadi-pribadi yang selalu memiliki
gambaran diri negatif. Jika seluruh komponen kependidikan di sekolah
bertindak sebagai yang menghakimi dan memberikan vonis serta hukuman,
maka semakin lengkaplah pembentukan pribadi-pribadi yang tidak
seimbang.2
Siswa sekolah menengah berbeda dengan murid
sekolah dasar. Mereka berada pada tahap perkembangan remaja yang
merupakan transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Konselor di
sekolah menengah dituntut untuk memahami berbagai gejolak yang secara
potensial sering muncul beserta cara-cara penanganannya.
Pendekatan dan teknik-teknik konseling dalam
berbagai bentuknya dapat dipakai terhadap para pemuda yang sudah
lebih berkembang daripada anak-anak sekolah dasar. Kehadiran konselor
langsung di hadapan para siswa disertai dengan informasi yang tepat
dan mantap tentang fungsi konselor dan pelayanan bimbingan dan
konseling pada umumnya akan sangat membantu peningkatan pemanfaatan
layanan konseling oleh para siswa.3
- Bimbingan konseling di sekolah menengah pertama
Perpindahan dari sekolah dasar ke satuan lanjutan
ini merupakan langkah yang cukup berarti dalam kehidupan anak, baik
karena tambahan tuntutan belajar siswa lebih berat, maupun karena
siswa akan mengalami banyak perubahan dalam diri sendiri selama
tahun-tahun ini. Secara berangsur-angsur siswa akan berusaha
melepaskan diri dari pengawasan orang tuanya, dan akan dihadapkan
pada rangkaian perubahan jasmani maupun rohani pada dirinya. maka
dari itu dibutuhkan bimbingan yang lebih lagi pada siswa dibandingkan
pada saat di sekolah dasar.4
Terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan
program bimbingan konseling di sekolah menengah pertama, yaitu:
- Tujuan penyelenggaraan
Sekolah memberikan bekal kemampuan dasar yang
merupakan perluasan serta peningkatan pengetahuan da keterampilan
yang din peroleh di sekolah dasar yang bermanfaat bagi siswa untuk
mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan
warga negara sesuai dengan tingkat perkembangannya, serta
mempersiapkan mereka mengikuti pendidikan ke jenjang selanjutnya.
- Kebutuhan siswa selama rentang umur 12-15 tahun
Kebutuhan utama pada masa ini adalah kebutuhan
psikologis, seperti mendapat kasih sayang, menerima pengakuan
terhadap dorongan untuk semakin mandiri, memperoleh prestasi di
berbagai bidang yang dihargai oleh teman sebaya, merasa aman dengan
perubahan dengan kelas mainnya. Tantangan pokok pada masa ini adalah
menghadapi diri sendiri bila sudah mulai memasuki fase pueral
(masa pubertas), yaitu mengalami segala
gejala kematangan seksual yang biasanya sering disertai dengan aneka
gejala sekunder seperti berkurangnya semangat untuk bekerja keras,
kegelisahan (galau), kepekaan perasaan, kurang percaya diri, dan
penantangan terhadap kewibawaan orang dewasa.
- Pola dan Karakteristik lembaga sekolah
Untuk lembaga sekolah yang terletak di daerah
terpencil dengan jumlah kelas yang tidak terlalu besar, pola dasar
yang dapat dipegang ialah pola generalis. Ini berarti bahwa banyak
kegiatan bimbingan dapat dipegang oleh guru-guru bidang studi dan
wali kelas, dengan mendapat asistensi dari satu atau dua guru
konselor. Untuk lembaga sekolah yang terletak dilingkungan kota
dengan segala problematikanya dan godaannya, apalagi dengan jumlah
kelas yang besar, semakin dituntut memegang pada suatu pola dasar
yang mengarah pada pola spesialis, tanpa mengabaikan sumbangan dari
guru-guru bidang studi dan wali kelas.
- Bimbingan yang menyeluruh
Di sekolah menengah pertama seluruh komponen
bimbingan yang termasuk layanan-layanan bimbingan semuanya harus
mendapat perhatian yang seimbang. Pemberian informasi meliputi,
perkenalan yang lebih luas dengan dunia pekerjaan, perkenalan
berbagai bentuk pendidikan atas (sekolah umum atau kejuruan).
- Bentuk bimbingan yang diberikan
Bentuk bimbingan yang terutama digunakan ialah
bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok merupakan layanan yang
memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui
dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas topik tertentu untuk
menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk
pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika
kelompok.5
bimbingan individual merupakan lanjutan dari
bimbingan kelompok dan direalisasi melalui wawancara konseling. Sifat
bimbingan yang diutamakan ialah preservatif dan preventif.
Preservatif merupakan usaha untuk menjaga keadaan yang telah baik
agar tetap baik, jangan sampai keadaan yang baik berubah menjadi
keadaan yang tidak baik.6
yang bertujuan menjaga jangan sampai anak mengalami kesulitan,
menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan.7
Sehingga siswa dapat menyesuaikannya dengan perubahan-perubahan dalam
dirinya sendiri dan meletakkan dasar dari perkembangan diri
selanjutnya.
Sifat korektif8
akan muncul dalam kasus-kasus penyimpangan siswa, yang pada umumnya
berakar dalam situasi keluarga yang kurang menentukan, dan dalam
situasi kehidupan masyarakat setempat yang menimbulkan banyak godaan,
seperti pengguna narkotika, film dan buku porno, mengendarai motor
tanpa SIM, beraneka kenakalan serius yang lain.9
- Peranan tenaga pendidik
Bimbingan konseling disesuaikan pada siapa yang
memegang peranan kunci, tergantung pada pola dasar yang dipegang.
Bila mana dipegang pola generalis, para guru bidang studi dan para
wali kelas dan peranan kunci, dengan mendapat bantuan dari satu atau
dua guru konselor, khususnya dalam rangka layanan pengumpulan data
dan konseling. Guru –guru bidang studi dapat menyisipkan banyak
materi informasi dalam pengajaran, misalnya tentang cara belajar yang
tepat, tentang sekolah lanjutan, dan tentang dunia kerja.
Bila dipegang oleh spesialis, konselor sekolah dan
beberapa guru konselor memegang beberapa peranan kunci, dengan
mendapat bantuan dari guru bidang studi dan wali kelas. Konselor
sekolah memegang organisasi program bimbingan dengan mengadakan
pembagian tugas diantara semua tenaga, misalnya para guru.
- Bimbingan konseling di sekolah menengah atas
Memasuki sekolah pada jenjang pendidikan ini tidak
membawa perubahan drastis dalam rutinitas sekolah bagi siswa, karena
dia sudah biasa dengan pergantian bidang studi dan tenaga pengajar
dalam jadwal pelajaran. Namun, rentang umur antara 16-19 tahun yang
meliputi sebagian besar dari masa remaja, merupakan masa yang sangat
berarti bagi perkembangan kepribadian seseorang. Oleh karena itu,
pelayanan bimbingan harus lebih intensif dan lebih lengkap, dibanding
dengan pelayanan di satuan pendidikan di bawahnya.10
Terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan
program bimbingan di sekolah menengah atas, diantaranya adalah:
- Tujuan penyelenggaraan
Pendidikan menengah berkenaan dengan tujuan
institusional ditetapkan bahwa pendidikan menengah bertujuan
meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Meningkatkan
kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan
timbal balik dengan lingkungan sosial.
- Kebutuhan siswa selama rentang umur 16-19 tahun
Kebutuhan utama pada masa ini bersifat psikologis,
seperti mendapat perhatian tanpa pamrih negatif apapun, mendapat
pengakuan terhadap keunikan pikiran dan perasan mereka, menerima
kebebasan yang wajar dalam mengatur kehidupannya sendiri tanpa
dilepaskan sama sekali dari perlindungan keluarga. Hal-hal yang perlu
dikembangkan dalam masa ini adalah rasa tanggung jawab, persiapan
diri untuk memasuki corak kehidupan orang dewasa, memantapkan diri
dalam memainkan peranan sebagai pria dan wanita, perencanaan masa
depan sesuai dengan bidang studi dan pekerjaan yang sesuai dengan
nilai-nilai kehidupan yang dianut dan keadaan nyata dalam masyarakat.
- Bentuk bimbingan
Bimbingan kelompok maupun individual diterapkan
secara seimbang. Agar pelayanan sampai pada semua siswa, sebagian
besar kegiatan dilaksanakan dalam bentuk bimbingan kelompok. Namun,
jika siswa remaja sangat peka dalam hal-hal yang dianggap pribadi
maka kesempatan untuk konseling sewaktu-waktu harus tersedia.11
- Macam-macam bimbingan konseling di sekolah menengah
- Bimbingan pribadi siswa
- Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
- Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk kegiatan yang kreatif dan produktif.
- Pemantapan kemampuan dalam mengambil keputusan, dan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya.
- Bimbingan sosial siswa
- Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan secara efektif.
- pemantapan kecerdasan emosi dalam hubungan yang dinamis, harmonis, dan produktif dengan teman sebaya baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat.
- Pemantapan pemahaman tentang peraturan, kondisi sekolah dan upaya pelaksanaannya secara dinamis serta bertanggungjawab.
- Bimbingan belajar siswa
- Pemantapan sikap dan kebiasaan, serta keterampilan belajar yang efektif, efisien, dan produktif, dengan sumber yang lebih bervariasi.
- Pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial, dan budaya yang ada di sekolah, lingkungan sekitar dan masyarakat secara luas.
- Orientasi belajar untuk pendidikan tambahan dan jenjang selanjutnya.
- Bimbingan karir siswa
- Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan yang hendak dikembangkan.
- Pemantapan orientasi dan informasi karir pada umumnya, dan khususnya karir yang hendak dikembangkan.
- Pemantapan pengembangan diri berdasarkan IQ, EQ, dan SQ untuk pengambilan keputusan pemilihan karir sesuai dengan potensi yang dimilikinya.13
- KESIMPULAN
Bimbingan konseling di sekolah menengah memiliki
pola, teknik dan pendekatan yang berbeda dengan bimbingan konseling
yang ada di sekolah dasar. Di sekolah menengah bimbingan konseling
dapat menjadi pendamping dan penyeimbang bagi para siswa.
Di sekolah menengah pertama program bimbingan
konseling mempunyai tujuan penyelenggaraan yang menekankan pada
pemberian bekal dasar pada siswa untuk mempersiapkan ke jenjang
selanjutnya, pendekatan dan teknik bimbingan disesuaikan dengan
karakteristik siswa dan karakteristik lembaga sekolah, dalam
pembimbingan ditekankan pada bimbingan kelompok dan bimbingan
individu sebagai tidak lanjutnya.
Bimbingan konseling di sekolah menengah atas
hampir sama dengan bimbingan konseling di sekolah menengah pertama,
hanya saja di sekolah menengah atas bimbingan lebih diintensifkan
pada siswa. Hal ini didasarkan pada perkembangan siswa menuju
kedewasaan, yang berarti permasalahan yang dihadapi juga semakin
kompleks.
DAFTAR
PUSTAKA
Hasyim, Farid dan Mulyono, Bimbingan
& Konseling Religius, Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2010.
Priyatno dan Ermananti, Dasar-dasar
Bimbingan dan konseling, Jakarta:
PT RINEKA CIPTA, 1999.
Walgito, Bimo, Bimbingan
dan Konseling (studi & Karir), Yogyakarta:
CV Andi Offset, 2007.
Winkel, W. S. & M. M. Sri
Hastuti, Bimbingan
Dan Konseling Di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta:
Media Abadi, 2007.
http://psikonseling.blogspot.com/2009/12/layanan-bimbingan-konseling.html,
(Jum’at, 04/05/2012, 14:19)
http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/bimbingan-konseling-di-sekolah-menengah.html,
(Jum’at, 04/05/2012, 14:20)
1 Farid
Hasyim dan Mulyono, Bimbingan &
Konseling Religius, (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 87-88
2 http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/bimbingan-konseling-di-sekolah-menengah.html,
(Jum’at, 04/05/2012, 14:20)
3 Priyatno
dan Ermananti, Dasar-dasar Bimbingan
dan konseling, (jakarta: PT RINEKA
CIPTA, 1999), hlm. 305.
4 W.
S. Winkel & M. M. Sri Hastuti, Bimbingan
Dan Konseling Di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta:
Media Abadi, 2007), hlm.141.
5 http://psikonseling.blogspot.com/2009/12/layanan-bimbingan-konseling.html,
(Jum’at, 04/05/2012, 14:19)
6 Bimo
Walgito, Bimbingan dan Konseling (studi
& Karir), (Yogyakarta: CV Andi
Offset, 2007), hlm. 39
8 Sifat
Korektif ialah mengadakan Konseling kepada anak-anak yang mengalami
kesulitan yang tidak dapat dipecahkan sendiri dan yang membutuhkan
pertolongan dari pihak lain. Lihat Bimo Walgito,
Bimbingan dan Konseling (studi &
Karir),hlm. 39.
9 W.S.
Winkel & M.M. Sri Hastuti, Bimbingan Dan Konseling Di
Institusi Pendidikan,hlm. 142-145.