Jumat, 18 Mei 2012

PROGRAM BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH



  1. PENDAHULUAN
Tujuan pendidikan menengah acap kali dibiaskan oleh pandangan umum demi mutu keberhasilan akademis seperti presentase lulusan, tingginya nilai ujian nasional, atau presentase kelanjutan ke perguruan tinggi.
Penyiapan peserta didik demi melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi akan menyita perhatian pada materi pelajaran, agar para lulusan dapat lolos ke jenjang selanjutnya atau ke perguruan tinggi. Akibatnya, proses pendidikan di jenjang menengah akan kehilangan bobot dalam proses pembentukan pribadi. Maka dari itu pembentukan pribadi, pendamping pribadi, pengasahan nilai-nilai kehidupan dan pemeliharaan kepribadian siswa sangat diperlukan di sekolah menengah.1

  1. RUMUSAN MASALAH
  1. Bagaimanakah bimbingan konseling di sekolah menengah?
  2. Bagaimanakah bimbingan konseling di sekolah menengah pertama?
  3. Bagaimanakah bimbingan konseling di sekolah menengah atas?
  4. Apa saja macam bimbingan konseling di sekolah menengah?

  1. PEMBAHASAN
  1. Bimbingan konseling di sekolah menengah
Bimbingan konseling yang sebenarnya paling potensial menggarap pemeliharaan pribadi-pribadi, ditempatkan dalam konteks tindakan-tindakan yang menyangkut disipliner siswa. Memanggil, memarahi, menghukum adalah proses klasik yang menjadi label BK di banyak sekolah. Dengan kata lain, BK diposisikan sebagai “musuh” bagi siswa bermasalah atau nakal. Seharusnya Bimbingan Konseling dapat menjadi pendamping dan penyeimbang bagi para siswa, lebih-lebih pada siswa yang sudah menempuh jenjang sekolah menengah.
Mendesak untuk diwujudkan, prinsip keseimbangan dalam pendampingan orang-orang muda yang masih dalam tahap pencarian diri. Orang-orang muda di sekolah menengah lazimnya dihadapkan pada celaan, cacian, cercaan, dan segala sumpah-serapah kemarahan jika membuat kekeliruan. Namun, jika melakukan hal-hal yang positif atau kebaikan, kering pujian, sanjungan atau peneguhan. Betapa kesenjangan ini membentuk pribadi-pribadi yang selalu memiliki gambaran diri negatif. Jika seluruh komponen kependidikan di sekolah bertindak sebagai yang menghakimi dan memberikan vonis serta hukuman, maka semakin lengkaplah pembentukan pribadi-pribadi yang tidak seimbang.2
Siswa sekolah menengah berbeda dengan murid sekolah dasar. Mereka berada pada tahap perkembangan remaja yang merupakan transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Konselor di sekolah menengah dituntut untuk memahami berbagai gejolak yang secara potensial sering muncul beserta cara-cara penanganannya.
Pendekatan dan teknik-teknik konseling dalam berbagai bentuknya dapat dipakai terhadap para pemuda yang sudah lebih berkembang daripada anak-anak sekolah dasar. Kehadiran konselor langsung di hadapan para siswa disertai dengan informasi yang tepat dan mantap tentang fungsi konselor dan pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya akan sangat membantu peningkatan pemanfaatan layanan konseling oleh para siswa.3



  1. Bimbingan konseling di sekolah menengah pertama
Perpindahan dari sekolah dasar ke satuan lanjutan ini merupakan langkah yang cukup berarti dalam kehidupan anak, baik karena tambahan tuntutan belajar siswa lebih berat, maupun karena siswa akan mengalami banyak perubahan dalam diri sendiri selama tahun-tahun ini. Secara berangsur-angsur siswa akan berusaha melepaskan diri dari pengawasan orang tuanya, dan akan dihadapkan pada rangkaian perubahan jasmani maupun rohani pada dirinya. maka dari itu dibutuhkan bimbingan yang lebih lagi pada siswa dibandingkan pada saat di sekolah dasar.4
Terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan program bimbingan konseling di sekolah menengah pertama, yaitu:
  1. Tujuan penyelenggaraan
Sekolah memberikan bekal kemampuan dasar yang merupakan perluasan serta peningkatan pengetahuan da keterampilan yang din peroleh di sekolah dasar yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warga negara sesuai dengan tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan mereka mengikuti pendidikan ke jenjang selanjutnya.
  1. Kebutuhan siswa selama rentang umur 12-15 tahun
Kebutuhan utama pada masa ini adalah kebutuhan psikologis, seperti mendapat kasih sayang, menerima pengakuan terhadap dorongan untuk semakin mandiri, memperoleh prestasi di berbagai bidang yang dihargai oleh teman sebaya, merasa aman dengan perubahan dengan kelas mainnya. Tantangan pokok pada masa ini adalah menghadapi diri sendiri bila sudah mulai memasuki fase pueral (masa pubertas), yaitu mengalami segala gejala kematangan seksual yang biasanya sering disertai dengan aneka gejala sekunder seperti berkurangnya semangat untuk bekerja keras, kegelisahan (galau), kepekaan perasaan, kurang percaya diri, dan penantangan terhadap kewibawaan orang dewasa.
  1. Pola dan Karakteristik lembaga sekolah
Untuk lembaga sekolah yang terletak di daerah terpencil dengan jumlah kelas yang tidak terlalu besar, pola dasar yang dapat dipegang ialah pola generalis. Ini berarti bahwa banyak kegiatan bimbingan dapat dipegang oleh guru-guru bidang studi dan wali kelas, dengan mendapat asistensi dari satu atau dua guru konselor. Untuk lembaga sekolah yang terletak dilingkungan kota dengan segala problematikanya dan godaannya, apalagi dengan jumlah kelas yang besar, semakin dituntut memegang pada suatu pola dasar yang mengarah pada pola spesialis, tanpa mengabaikan sumbangan dari guru-guru bidang studi dan wali kelas.
  1. Bimbingan yang menyeluruh
Di sekolah menengah pertama seluruh komponen bimbingan yang termasuk layanan-layanan bimbingan semuanya harus mendapat perhatian yang seimbang. Pemberian informasi meliputi, perkenalan yang lebih luas dengan dunia pekerjaan, perkenalan berbagai bentuk pendidikan atas (sekolah umum atau kejuruan).
  1. Bentuk bimbingan yang diberikan
Bentuk bimbingan yang terutama digunakan ialah bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok merupakan layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas topik tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok.5
bimbingan individual merupakan lanjutan dari bimbingan kelompok dan direalisasi melalui wawancara konseling. Sifat bimbingan yang diutamakan ialah preservatif dan preventif. Preservatif merupakan usaha untuk menjaga keadaan yang telah baik agar tetap baik, jangan sampai keadaan yang baik berubah menjadi keadaan yang tidak baik.6 yang bertujuan menjaga jangan sampai anak mengalami kesulitan, menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan.7 Sehingga siswa dapat menyesuaikannya dengan perubahan-perubahan dalam dirinya sendiri dan meletakkan dasar dari perkembangan diri selanjutnya.
Sifat korektif8 akan muncul dalam kasus-kasus penyimpangan siswa, yang pada umumnya berakar dalam situasi keluarga yang kurang menentukan, dan dalam situasi kehidupan masyarakat setempat yang menimbulkan banyak godaan, seperti pengguna narkotika, film dan buku porno, mengendarai motor tanpa SIM, beraneka kenakalan serius yang lain.9
  1. Peranan tenaga pendidik
Bimbingan konseling disesuaikan pada siapa yang memegang peranan kunci, tergantung pada pola dasar yang dipegang. Bila mana dipegang pola generalis, para guru bidang studi dan para wali kelas dan peranan kunci, dengan mendapat bantuan dari satu atau dua guru konselor, khususnya dalam rangka layanan pengumpulan data dan konseling. Guru –guru bidang studi dapat menyisipkan banyak materi informasi dalam pengajaran, misalnya tentang cara belajar yang tepat, tentang sekolah lanjutan, dan tentang dunia kerja.
Bila dipegang oleh spesialis, konselor sekolah dan beberapa guru konselor memegang beberapa peranan kunci, dengan mendapat bantuan dari guru bidang studi dan wali kelas. Konselor sekolah memegang organisasi program bimbingan dengan mengadakan pembagian tugas diantara semua tenaga, misalnya para guru.
  1. Bimbingan konseling di sekolah menengah atas
Memasuki sekolah pada jenjang pendidikan ini tidak membawa perubahan drastis dalam rutinitas sekolah bagi siswa, karena dia sudah biasa dengan pergantian bidang studi dan tenaga pengajar dalam jadwal pelajaran. Namun, rentang umur antara 16-19 tahun yang meliputi sebagian besar dari masa remaja, merupakan masa yang sangat berarti bagi perkembangan kepribadian seseorang. Oleh karena itu, pelayanan bimbingan harus lebih intensif dan lebih lengkap, dibanding dengan pelayanan di satuan pendidikan di bawahnya.10
Terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan program bimbingan di sekolah menengah atas, diantaranya adalah:
  1. Tujuan penyelenggaraan
Pendidikan menengah berkenaan dengan tujuan institusional ditetapkan bahwa pendidikan menengah bertujuan meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial.
  1. Kebutuhan siswa selama rentang umur 16-19 tahun
Kebutuhan utama pada masa ini bersifat psikologis, seperti mendapat perhatian tanpa pamrih negatif apapun, mendapat pengakuan terhadap keunikan pikiran dan perasan mereka, menerima kebebasan yang wajar dalam mengatur kehidupannya sendiri tanpa dilepaskan sama sekali dari perlindungan keluarga. Hal-hal yang perlu dikembangkan dalam masa ini adalah rasa tanggung jawab, persiapan diri untuk memasuki corak kehidupan orang dewasa, memantapkan diri dalam memainkan peranan sebagai pria dan wanita, perencanaan masa depan sesuai dengan bidang studi dan pekerjaan yang sesuai dengan nilai-nilai kehidupan yang dianut dan keadaan nyata dalam masyarakat.
  1. Bentuk bimbingan
Bimbingan kelompok maupun individual diterapkan secara seimbang. Agar pelayanan sampai pada semua siswa, sebagian besar kegiatan dilaksanakan dalam bentuk bimbingan kelompok. Namun, jika siswa remaja sangat peka dalam hal-hal yang dianggap pribadi maka kesempatan untuk konseling sewaktu-waktu harus tersedia.11

  1. Macam-macam bimbingan konseling di sekolah menengah
  1. Bimbingan pribadi siswa
  1. Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk kegiatan yang kreatif dan produktif.
  3. Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha penanggulangannya. 12
  4. Pemantapan kemampuan dalam mengambil keputusan, dan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya.
  1. Bimbingan sosial siswa
  1. Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan secara efektif.
  2. pemantapan kecerdasan emosi dalam hubungan yang dinamis, harmonis, dan produktif dengan teman sebaya baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat.
  3. Pemantapan pemahaman tentang peraturan, kondisi sekolah dan upaya pelaksanaannya secara dinamis serta bertanggungjawab.

  1. Bimbingan belajar siswa
  1. Pemantapan sikap dan kebiasaan, serta keterampilan belajar yang efektif, efisien, dan produktif, dengan sumber yang lebih bervariasi.
  2. Pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial, dan budaya yang ada di sekolah, lingkungan sekitar dan masyarakat secara luas.
  3. Orientasi belajar untuk pendidikan tambahan dan jenjang selanjutnya.
  1. Bimbingan karir siswa
  1. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan yang hendak dikembangkan.
  2. Pemantapan orientasi dan informasi karir pada umumnya, dan khususnya karir yang hendak dikembangkan.
  3. Pemantapan pengembangan diri berdasarkan IQ, EQ, dan SQ untuk pengambilan keputusan pemilihan karir sesuai dengan potensi yang dimilikinya.13

  1. KESIMPULAN
Bimbingan konseling di sekolah menengah memiliki pola, teknik dan pendekatan yang berbeda dengan bimbingan konseling yang ada di sekolah dasar. Di sekolah menengah bimbingan konseling dapat menjadi pendamping dan penyeimbang bagi para siswa.
Di sekolah menengah pertama program bimbingan konseling mempunyai tujuan penyelenggaraan yang menekankan pada pemberian bekal dasar pada siswa untuk mempersiapkan ke jenjang selanjutnya, pendekatan dan teknik bimbingan disesuaikan dengan karakteristik siswa dan karakteristik lembaga sekolah, dalam pembimbingan ditekankan pada bimbingan kelompok dan bimbingan individu sebagai tidak lanjutnya.
Bimbingan konseling di sekolah menengah atas hampir sama dengan bimbingan konseling di sekolah menengah pertama, hanya saja di sekolah menengah atas bimbingan lebih diintensifkan pada siswa. Hal ini didasarkan pada perkembangan siswa menuju kedewasaan, yang berarti permasalahan yang dihadapi juga semakin kompleks.







DAFTAR PUSTAKA

Hasyim, Farid dan Mulyono, Bimbingan & Konseling Religius, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.
Priyatno dan Ermananti, Dasar-dasar Bimbingan dan konseling, Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1999.
Walgito, Bimo, Bimbingan dan Konseling (studi & Karir), Yogyakarta: CV Andi Offset, 2007.
Winkel, W. S. & M. M. Sri Hastuti, Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Media Abadi, 2007.
http://psikonseling.blogspot.com/2009/12/layanan-bimbingan-konseling.html, (Jum’at, 04/05/2012, 14:19)
http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/bimbingan-konseling-di-sekolah-menengah.html, (Jum’at, 04/05/2012, 14:20)


1 Farid Hasyim dan Mulyono, Bimbingan & Konseling Religius, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 87-88

2 http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/bimbingan-konseling-di-sekolah-menengah.html, (Jum’at, 04/05/2012, 14:20)

3 Priyatno dan Ermananti, Dasar-dasar Bimbingan dan konseling, (jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1999), hlm. 305.

4 W. S. Winkel & M. M. Sri Hastuti, Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Media Abadi, 2007), hlm.141.

5 http://psikonseling.blogspot.com/2009/12/layanan-bimbingan-konseling.html, (Jum’at, 04/05/2012, 14:19)

6 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (studi & Karir), (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2007), hlm. 39

7 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (studi & Karir), hlm.38.

8 Sifat Korektif ialah mengadakan Konseling kepada anak-anak yang mengalami kesulitan yang tidak dapat dipecahkan sendiri dan yang membutuhkan pertolongan dari pihak lain. Lihat Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (studi & Karir),hlm. 39.

9 W.S. Winkel & M.M. Sri Hastuti, Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan,hlm. 142-145.

10 W. S. Winkel & M. M. Sri Hastuti, Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan, hlm. 146.

11 W. S. Winkel & M. M. Sri Hastuti, Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan, hlm. 148&150.

12 Farid Hasyim dan Mulyono, Bimbingan & Konseling Religius, hlm. 93.

13 Farid Hasyim dan Mulyono, Bimbingan & Konseling Religius, hlm. 94.

Fungsi Supervisi Pendidikan

FUNGSI SUPERVISI PENDIDIKAN

I.         PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha dasar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.[1]
Dalam dunia pendidikan, tidak terlepas dengan supervisi yang selalu mengacu kepada kegiatan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Supervisi pendidikan adalah suatu usaha dalam memipin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran.
Keterangan tentang fungsi-fungsi supervisi pendidikan berikut semoga dapat membantu kita untuk mengetahui apa sebenarnya fungsi dari supervisi.

II.      RUMUSAN MASALAH
A.    Apa Sajakah Fungsi Supervisi Pendidikan Itu?
III.   PEMBAHASAN
A.    Fungsi Supervisi Pendidikan
Seringkali orang sulit dalam membedakan antara fungsi dan tujuan, sebenarnya fungsi bertalian erat dengan badan atau organisasi secara keseluruhan, sedangkan tujuan bertalian dengan kegunaan.[2]
Diadakannya sebuah pengawasan (supervisi) oleh pimpinan sekolah atau atasan adalah sebuah tindakan yang semestinya harus dilakukan untuk mengawasi timbulnya situasi-situasi yang menghambat jalannya administrasi pendidikan di sekolah. Karena hambatan itu semakin lama semakin banyak maka ada kemungkinan tujuan tidak tercapai dalam waktu yang telah dierncanakan. Situasi yang menghambat itu dapat barasal dari berbagai pihak.[3]
Tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu proses kerjasama hanyalah merupakan cita-cita yang masih perlu diwujudkan melalui tindakan-tindakan yang nyata. Begitu juga seorang supervisor dalam merealisasikan program supervisinya memiliki sejumlah tugas dan tanggungjawab yang harus dijalankan secara sistematis.[4]
Secara umum, fungsi dari supervisi pendidikan adalah:
a.       Penelitian
Proses dari penelitian ini meliputi beberapa tahapan, pertama adalah perumusan masalah yang akan diteliti, kedua adalah pengumpulan data, ketiga pengolahan data, dan yang terakhir adalah konklusi hasil penelitian.
b.      Penilaian
Fungsi supervisi dalam hal ini adalah mengevaluasi aspek-aspek positif dan negatif guna menemukan hambatan-hambatan dan mengembangkan kemajuan yang telah ada.
c.       Perbaikan
Supervisi dal;am hal ini mengawasi keadaan umum dan situasi dalam pendidikan, jika belum baik atau belum memuaskan maka akan segera diperbaiki.
d.      Peningkatan
Peningkatan disini supervisor meningkatkan segala sesuatu yang telah baik dan mengembangkan agar lebih maju lagi.[5]
Jadi  fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran. Franseth Jane dan Ayer (dalam Konsep Dasar & teknik Supervisi pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia) mengemukakan bahwa fungsi utama supervisi adalah membina program pengajaran yang ada sebaik-baiknya sehingga selalu ada usaha perbaikan.
Menurut Burton dan Bruckner (dalam Konsep Dasar & teknik Supervisi pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia) fungsi utama supervisi modern ialah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik. Sedangkan Briggs mengungkapkan bahwa fungsi utama supervisi bukan perbaikan pembelajaran saja, tetapi untuk mengkoordinasi[6], menstimulasi, dan mendorong ke arah pertumbuhan profesi guru. [7]
Usaha perbaikan merupakan proses yang kontinu[8] sesuai dengan perubahan masyarakat. Masyarakat selalu mengalami perubahan. Perubahan masyarakat membawa pula konsekuensi dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Suatu penemuan baru mengakibatkan timbulnya dimensi-dimensi dan persepektif baru dalam bidang ilmu penegetahuan.
Makin jauh pembahasan tentang supervisi makin nampak bahwa kunci supervisi bukan hanya membicarakan perbaikan itu sendiri, melainkan supervisi yang diberikan kepada guru-guru, seperti yang telah dikemukakan oleh Briggs bahwa supervisi juga merupakan alat untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru.[9]
Berikut ini adalah fungsi-fungsi  supervisi pendidikan berdasakan bidangnya:


1.      Dalam bidang kepemimpinan
a.       Menyusun rencana dan policy[10] bersama.
b.      Memberikan bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan memacahkan persoalan- persoalan.
c.       Membangkitkan dan memupuk semangat kelompok, atau memupuk moral yang tinggi kepada anggota kelompok.
d.      Mempertinggi daya kreatif pada anggota kelompok.
2.      Dalam hubungan kemanusiaan
a.       Memanfaatkan kekeliruan ataupun kesalahan-kesalahan yang ada untuk dijadikan pelajaran demi perbaikan selanjutnya, bagi diri sendiri maupun bagi anggota kelompoknya.
b.      Membantu mengatasi kekurangan ataupun kesulitan yang dihadapi anggota kelompok, seperti dalam hal kemalasan, merasa rendah diri, acuh tak acuh, pesimistis [11].
c.       Menghilangkan rasa saling mencurigai antara anggota kelompok.[12]
3.      Dalam pembinaan proses  kelompok
a.       Mengenal masing-masing pribadi anggota kelompok, baik kelemahan maupun kemampun masing-masing.
b.      Memperbesar rasa tanggung jawab para anggota.
4.      Dalam bidang administrasi personel
a.       Memilih personil yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan yang diperlukan untuk suatu pekerjan.
b.      Menempatkan personil pada tempat dan tugas yang sesuai dengan kecakapan dan kemampuan masing-masing.[13]
Adapun analisis yang lebih luas seperti yang dibahas oleh Swearingen, ia mengemukakan delapan fungsi supervisi. Delapan fungsi tersebut adalah mengkoordinasi semua usaha kelas, melengkapi kepemimpinan sekolah, memperluas pengalaman guru-guru, menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus, menganalisis situasi belajar mengajar, memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf, memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.
1.      Mengkoordinasi  semua usaha sekolah
Perubahan dalam dunia pendidikan terjadi secara terus-menerus, maka kegiatan sekolah juga semakin bertambah, usaha-usaha sekolah juga semakin menyebar. Maka dari itu perlu adanya koordinasi yang baik terhadap semua usaha sekolah.
2.      Memperlengkap kepemimpinan sekolah
Dalam masyarakat demokratis kepemimpinan yang demokratis perlu dikembangkan. Kepemimpinan merupakan suatu yang harus dipelajari. Jadi dalam hal ini fungsi supervisi adalah melatih dan memperlengkapi guru-guru agar mereka memiliki ketrampilan dan kepemimpinan dalam kepemimpinan sekolah.[14]
3.      Memperluas pengalaman guru-guru
Fungsi supervisi pendidikan adalah memberi pengalaman-pengalaman baru kepada para guru, anggota-anggota staff sekolah, sehingga mereka semakin bertambah pengalaman dalam hal mengajar maupun dalam administrasi sekolah.
4.      Menstimulasi usaha-usaha sekolah yang kreatif
Supervisi bertugas menciptakan suasana yang meyakinkan guru-guru dapat berusaha meningkatkan potensi-potensi kreativitas dalam dirinya. Selain itu juga kemampuan untuk menstimulir segala daya kreasi baik bagi anak-anak, orang yang dipimpinnya dan bagi dirinya sendiri.
5.      Memberikan fasilitas dan penilaian secara terus-menerus
Untuk meningkatkan kualitas diperlukan penilaian secara kontinu. Melalui penelitian dapat diketahui kelemahan dan kelebihan dari hasil dan proses belajar mengajar. Penilaian ini harus bersifat menyeluruh dan kontinu. Menyeluruh berarti penilaian itu menyangkut semua aspek kegiatan sekolah, misalnya memiliki bahan-bahan pengajaran, buku-buku pengajaran, perpustakaan, cara mengajar guru, dan kemajuan murid-muridnya. kontinu dalam arti penilaian berlangsung setiap saat, yaitu pada awal, pertengahan, dan pada akhir.
6.      Menganalisis situasi belajar mengajar
Agar usaha memperbaiki situasi belajar dapat tercapai, maka perlu dianalisis hasil dan proses pembelajaran. Dalam situasi belajar-mengajar peranan guru dan peserta didik sangatlah penting. Memperoleh data mengenai aktivitas guru dan peserta didik akan memberikan pengalaman dan umpan balik terhadap perbaikan pembelajaran. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi perbaikan pembelajaran. Fungsi supervisi adalah menganalisis faktor-faktor tersebut. Penganalisisan memberi pengalaman baru dalam menyusun strategi dan usaha ke arah perbaikan.
7.      Memperlengkap setiap para guru dengan pengetahuan yang baru dan keterampilan-keterampilan baru
Setiap guru memiliki potensi dan dorongan untuk berkembang. Sebagian besar potensi-potensi tersebut tidak berkembang, maka dari itu supervisi berfungsi sebagai pemberi dorongan dan membantu guru agar mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam hal mengajar.[15]
8.      Memadukan dan menyelaraskan tujuan-tujuan pendidikan dan membentuk kemampuan-kemampuan
Untuk mencapai suatu tujuan yang lebih tinggi harus berdasarkan tujuan-tujuan yang sebelumnya, ada hierarki[16] kebutuhan yang harus selaras. Fungsi supervisi di sini adalah membantu setiap individu, maupun kelompok agar sadar akan nilai-nilai yang akan dicapai itu, memungkinkan penyadaran akan kemampuan diri sendiri.[17]

B.       KESIMPULAN
Supervisi pendidikan adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memipin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran.
Sedangkan Briggs mengungkapkan bahwa fungsi utama supervisi bukan perbaikan pembelajaran saja, tapi untuk mengkoordinasi, menstimulasi, dan mendorong ke arah pertumbuhan profesi guru. Dengan kata lain seperti yang diungkapkan Kimball Wiles bahwa fungsi dasar supervisi ialah memperbaiki situasi belajar- mengajar dalam artian yang luas.
Adapun analisis yang lebih luas seperti yang dibahas oleh Swearingen, ia mengemukakan delapan fungsi supervisi. Delapan fungsi tersebut adalah:
a.       Mengkoordinasi semua usaha kelas.
b.      Melengkapi kepemimpinan sekolah.
c.       Memperluas pengalaman guru-guru.
d.      Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif.
e.       Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus.
f.       Menganalisis situasi belajar mengajar.
g.      Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf.
h.      Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.
C.       PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami susun. Kami sadar dalam  makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan baik dalam pengunaan bahasa maupun pemilihan kata-kata. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan makalah kami ke depan, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Ami
     DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, M,  Administrasi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2005.
M. Echols, John & Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Pidarta, Made,  Supervisi Pendidikan Kontekstual, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Purwanto, Ngalim,  Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.
Sahertian, Piet A. , Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta : Rineka cipta, 2008.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Cet. 3.
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/ezines-and-newsletters/2012215-fungsi-supervisi-pendidikan/#ixzz1p9Mvahwo, (15/03/2012, 09:46)
http://makalah-pendidikan-pendidikanpaper.blogspot.com/2011/01/fungsi-fungsi-supervisi-pendidikan.html, (15/03/2012, 10:25)
http://Borneoneo.wordpress.com/2008/09/16/tujuan-dan-fungsi-supervisi/, (02/04/2012, 19:47)
http://www.dhanay.co.cc/2009/10/tugas-dan-fungsi-supervisi-pendidikan.html, (15/03/2012, 14:00)



[1]Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta : Rineka cipta, 2008),  hlm. 1. 
[2] Made Pidarta, Supervisi Pendidikan Kontekstual, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 3.
[3]M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Rineke Cipta, 2005), hlm. 178.
[4] http://makalah-pendidikan-pendidikanpaper.blogspot.com/2011/01/fungsi-fungsi-supervisi-pendidikan.html, (15/03/2012, 10:25)
[5] Borneoneo.wordpress.com/2008/09/16/tujuan-dan-fungsi-supervisi/, (02/04/2012, 19:47)
[6] Mengkoordinasi bersal dari kata Koordinasi yang berarti perihal mengatur suatu organisasi atau kegiatan, sehingga peraturan tindakan yang akan dilaksanakan tidak saling bertentangan atau simpang siur. Lihat KBBI, hlm. 593.
[7] Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, hlm. 21.
[8] Kontinu dapat diartikan dengan berkesinambungan, berkelanjutan, dan terus-menerus. Lihat KBBI, hlm. 591.
[9] http://www.dhanay.co.cc/2009/10/tugas-dan-fungsi-supervisi-pendidikan.html, (15/03/2012, 14:00)
[10] Kata Policy berasal dari bahasa Inggris yang berarti  suatu Kebijakan. Lihat John M. Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 437.
[11] Pesimistis adalah bersikap atau berpandangan tidak mempunyai harapan baik, mudah putus asa, ragu akan kemampuan atau keberhasilan suatu usaha. Lihat KBBI, hlm. 866.
[12] Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 86.
[13] Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, hlm. 87.
[14] http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/ezines-and-newsletters/2012215-fungsi-supervisi-pendidikan/#ixzz1p9Mvahwo, (15/03/2012, 09:46) 
[15]Piet. A Sahertian,  Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, hlm. 24.
[16] Hierarki adalah urutan, tingkatan, atau jenjang jabatan (kedudukan). Lihat KBBI, hlm. 400.
[17] http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/ezines-and-newsletters/2012215-fungsi-supervisi-pendidikan/#ixzz1p9Mvahwo, (15/03/2012, 09:46)

RESENSI


  1. PENDAHULUAN
Resensi adalah suatu kegiatan memberikan penilaian terhadap sebuah buku, menginformasikan data buku pada masyarakat lewat media massa. Karena tujuannya memberikan informasi kepada masyarakat, maka meresensi buku tidak sekedar meringkas buku, tetapi juga memberikan informasi lain agar masyarakat tertarik untuk membaca buku itu.
Resensi buku mempunyai dampak yang positif bagi pihak-pihak terkait. Bagi peresensi, banyak manfaat yang diperoleh. Peresensi akan mendapat banyak ilmu dari buku-buku yang dibacanya, akan menjadi bagian dari komunitas-komunitas buku. Sedangkan bagi pembaca, resensi jelas akan mendapat panduan praktis tentang buku yang diresensi. Apa isinya, apa kelebihannya, apa kekurangannya, dan sebagainya. 1

  1. RUMUSAN MASALAH
  1. Apa pengertian resensi buku?
  2. Apa bekal dasar peresensi?
  3. Bagaimana struktur penulisan resensi?

  1. PEMBAHASAN
  1. Pengertian Resensi Buku
Secara etimologis, kata resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere. Kedua kata tersebut berarti melihat kembali, menimbang, atau menilai. Dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah recensie dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Berbagai istilah tersebut mengacu kepada hal yang sama yaitu mengulas sebuah buku. Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan resensi sebagai Pertimbangan atau pembicaraan buku, ulasan buku. Gorys Keraf mendefinisikan resensi sebagai suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Dari pengertian tersebut muncul istilah lain dari kata resensi yaitu kata pertimbangan buku, pembicaraan buku, dan ulasan buku. Intinya membahas tentang isi sebuah buku baik berupa fiksi maupun nonfiksi.
Resensi juga disebut suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Menulis resensi berarti menulis tentang kelebihan dan kekurangan suatu buku. Resensi merupakan tulisan yang menyajikan sejumlah informasi tentang sebuah buku, informasi tersebut disampaikan kepada pembaca untuk memberi pertimbangan tentang keuntungan-keuntungan atau mungkin kerugian yang akan dialami oleh pembaca jika ia membaca buku tersebut, karena dalam resensi biasanya menginformasikan tentang keunggulan dan kelemahan buku yang diresensi.2
Resensi merupakan timbangan buku, tinjauan buku, pembicaraan buku, atau bedah buku. Jadi resensi diartikan sebagai tulisan tentang pertimbangan buku atau wawasan tentang baik atau kurang baiknya kualitas suatu tulisan yang terdapat di dalam sebuah buku. Dalam proses meresensi buku, seorang penulis dituntut tingkat pemahamannya dalam membaca teks buku. Sebab, dari proses pembacaan pemahaman ini akan menentukan hasil resensi. Tapi, sebuah resensi bukan merupakan ringkasan atau sinopsis isi buku, atau tulisan yang terdiri dari rangkaian kutipan buku.3
Resensi disebut juga tinjauan pustaka, terdapat dalam makalah, artikel, tesis, disertasi, dan skripsi. Resensi memerlukan banyak acuan, berupa deskripsi, analisis, dan klarifikasi. Dalam resensi pengarang membanding-bandingkan, memberi komentar dan mengambil kesimpulan menurut pendapatnya sendiri. Dan biasanya sangat mendalam dan khusus tentang sesuatu masalah.4
Resensi merupakan salah satu upaya menghargai tulisan atau karya orang lain dengan cara memberikan komentar secara objektif. Selain itu peresensi harus memiliki wawasan yang cukup tentang bahan yang akan diresensi sangat dalam dan mengena pada penimbangan suatu karya.
Menulis resensi juga sebagai salah satu upaya memperkenalkan suatu buku atau pementasan kepada orang lain yang belom membaca atau belum menyaksikan sehingga setelah membaca resensi orang tersebut tergerak hatinya untuk menyaksikan atau membaca karya orang lain.5
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa resensi adalah tulisan yang membahas isi sebuah buku, baik kelemahan maupun keunggulannya untuk diberitahukan kepada masyarakat pembaca.

  1. Bekal Dasar Peresensi
Menulis sebuah resensi tidaklah mudah. Untuk melakukan kegiatan ini diperlukan beberapa persyaratan seorang penulis. Menurut Brotowojoyo, ada tiga syarat utama seorang penulis agar mampu menulis resensi diantaranya adalah:
  1. Peresensi harus memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Artinya, jika seorang peresensi akan meresensi sebuah novel, maka ia harus memiliki pengetahuan tentang teori novel dan perkembangannya. Hal ini diperlukan agar peresensi dapat memberikan perbandingan terhadap karya lain yang sejenis. Kepekaan analisis juga sangat dipengaruhi unsur tersebut.
  2. Peresensi harus memiliki kemampuan analisis. Sebuah buku novel terdiri atas unsur internal dan eksternal. Seorang peresensi harus mampu menggali unsur-unsur tersebut. Unsur tersebut dianalisis untuk dinilai kelayakannya. Kemampuan analisis ini akan mengantarkan peresensi kepada kemampuan menilai apakah sebuah buku layak dibaca masyarakat atau tidak.
  3. Seorang peresensi juga dituntut memiliki pengetahuan dalam acuan yang sebanding. Artinya, peresensi akan membandingkan sebuah karya dengan karya lain yang sejenis. Dengan demikian ia akan mampu menemukan kelebihan dan kekurangan sebuah karya.6

  1. Struktur Penulisan Resensi
  1. Judul Resensi
Judul resensi harus menggambarkan isi resensi. Penulisan judul resensi harus jelas, singkat, dan tidak menimbulkan kesalahan penafsiran. Judul resensi juga harus menarik sehingga menimbulkan minat membaca bagi calon pembaca. Sebab awal keinginan membaca seseorang didahului dengan melihat judul tulisan. Jika judulnya menarik maka orang akan membaca tulisannya. Sebaliknya, jika judul tidak menarik maka tidak akan dibaca. Namun perlu diingat bahwa judul yang menarik pun harus sesuai dengan isinya. Artinya, jangan sampai hanya menulis judulnya saja yang menarik, sedangkan isi tulisannya tidak sesuai, maka tentu saja hal ini akan mengecewakan pembaca.
  1. Data Buku
Secara umum ada dua cara penulisan data buku yang biasa ditemukan dalam penulisan resensi di media cetak antara lain:
  1. Judul buku , pengarang (editor, penyunting, penerjemah, atau kata pengantar), penerbit, tahun terbit, tebal buku, dan harga buku.
  2. Pengarang (editor, penyunting, penerjemah, atau kata pengantar), penerbit, tahun terbit, tebal buku, dan harga buku.

  1. Pendahuluan
Bagian pendahuluan dapat dimulai dengan memaparkan tentang pengarang buku, seperti namanya, atau prestasinya. Ada juga resensi yang pada bagian pendahuluan ini memperkenalkan secara garis besar apa isi buku tersebut. Dapat pula diberikan berupa sinopsis. 7
  1. Tubuh Resensi
Pada bagian tubuh resensi ini peresensi boleh mengawali dengan sinopsis. Biasanya yang dikemukakan pokok isi buku secara ringkas. Tujuan penulisan sinopsis pada bagian ini adalah untuk memberi gambaran secara global tentang apa yang ingin disampaikan dalam tubuh resensi. Jika sinopsisnya telah diperkenalkan peresensi selanjutnya mengemukakan kelebihan dan kekurangan isi tersebut ditinjau dari berbagai sudut pandang (tergantung kepada kepekaan peresensi).
  1. Penutup
Bagian akhir resensi biasanya diakhiri dengan sasaran yang dituju oleh buku itu. Kemudian diberikan penjelasan juga apakah memang buku itu cocok dibaca oleh sasaran yang ingin dituju oleh pengarang atau tidak. Berikan pula alasan-alasan yang logis.8


Berikut adalah contoh resensi yang dapat kita gunakan sebagai referensi dalam penulisan resensi:






Resensi Novel Ketika Cinta Bertasbih 1
IDENTITAS BUKU
Judul : Ketika Cinta Bertasbih 1
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Republika-Basmalah
Tahun terbitan : 2007
Dimensi : 20,5 cm x 13,5 cm
Tebal : 477 halaman
Diresensi oleh Ifan Iqbal
  1. Sinopsis
Azzam adalah seorang pemuda sederhana yang memilih untuk menuntut ilmunya di Kampus Al Azhar, Cairo. Azzam dikenal sebagai sosok yang tegas dan dewasa. Dia sangat memegang teguh prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan sehari-harinya. Di kalangan teman-temannya pun Azzam menjadi panutan dan sosok yang bisa diandalkan. Setelah bapaknya meninggal, sebagai anak tertua dalam keluarganya, dialah yang menanggung kehidupan keluarganya di Solo. Oleh karena itu, selain sebagai mahasiswa, dia juga bekerja keras sebagai pembuat tempe dan bakso untuk menghidupi ibu dan adik-adik perempuannya di Indonesia serta kehidupannya sendiri di Cairo. Bahkan Azzam, rela meninggalkankuliahnya untuk sementara dan lebih berfokus untuk mencari rezeki. Meski terkadang ada rasa iri melihat teman-teman satu angkatannya yang sudah terlebih dahulu lulus, bahkan ada yang hampir menyelesaikan S2-nya tapi Azzam segera sadar kalau dia tidak sama dengan teman-temannya yang lain.
Azzam lebih dikenal sebagai tukang tempe di kalangan mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Al Azhar. Azzam juga sering mendapatkan undangan dari duta besar Indonesia yang ada di Mesir untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pada acara-acara kebesaran. Jadi, selain terkenal di kalangan mahasiswa sebagai tukang tempe, Azzam juga terkenal di kalangan para duta besar. Saat bekerja itulah Azzam mengenal sosok Eliana. Eliana adalah sosok yang sempurna secara fisik. Putri duta besar, cantik, dan salah seorang lulusan Universitas di Jerman. Akan tetapi, prinsip-prinsi keislaman yang Azzam pegang teguh membuat Azzam mampu menepis perasaannya. Saat bekerja juga Azzam secara tidak sengaja bertemu dengan Anna Althafunnisa. Dialah perempuan yang memikat hatinya dan hendak ia lamar. Namun, status sosialnya membuat Azzam ditolak. Yang lebih mencengangkan Azzam adalah Anna justru menerima lamaran dair Furqan, sahabat Azzam sendiri yang memiliki status sosial lebih tinggi daripada Azzam.
Azzam akhirnya mampu melanjutkan kuliahnya setelah adiknya menyelesaikan pendidikan. Setelah dia lulus dari Al Azhar dengan nilai yang cukup memuaskan, akhirnya setelah 9 tahun terpisah dengan keluarganya tanpa pernah pulah, dia pun pulang dan kembali ke tengah-tengah keluarga tercintanya.
  1. Kelebihan
  1. Novel ini menghadirkan kisah percintaan bukan sekedar terhadap lawan jenis tapi jauh mengungkapkan kecintaan terhadap Allah.
  2. Merupakan salah satu novel pembangun jiwa yang penuh akan makna.
  3. Gaya bahasa yang ringan dan alur cerita yang mudah dimengerti membuat pembaca seakan dapat melihat apa yang ingin diperlihatkan penulis novel.
  4. Sarat akan pengetahuan.
  1. Kekurangan
Untuk novel dengan pengarang yang sama dan konsep yang sama pula, latar yang dipilih kurang variatif.
  1. Penutup
Novel percintaan yang satu ini pantas di baca oleh siapa saja. Sesuai dengan konsepnya, yaitu novel pembangun jiwa, novel ini dapat memberikan semangat pada jiwa untuk lebih bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT. selain itu, novel ini penuh dengan ilmu pengetahuan yang akan memperluas wawasan kita terhadap dunia.


  1. KESIMPULAN
Dari beberapa penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa resensi adalah tulisan ilmiah yang membahas isi sebuah buku, kelemahan, dan keunggulannya untuk diberitahukan kepada masyarakat pembaca.
Adapun beberapa syarat atau bekal utama seseorang agar dapat meresensi adalah peresensi harus memiliki pengetahuan dalam bidangnya, peresensi harus memiliki kemampuan analisis, seorang peresensi juga dituntut memiliki pengetahuan dalam acuan yang sebanding.
Pada umumnya dalam resensi memiliki struktur sebagai berikut, yaitu judul resensi, data buku, pendahuluan, tubuh resensi, dan penutup.






DAFTAR PUSTAKA
D. Brotowidjoyo, Mukayat, Metodologi Penelitian dan Penulisan Karangan Ilmiah, Yogyakarta : Liberty, 1991.
Djuharie, O. Setiawan Suherli, Panduan Membuat Karya Tulis, Bandung: Yrama Widy, 2001.
Nurudin, Kiat Meresensi Buku di Media Cetak, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009.
http://prinsipmenulisresensi.blogspot.com/, (Rabu, 25/04/2012, 08:30)

1 Nurudin, Kiat Meresensi Buku di Media Cetak, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009), hlm. 5.

2 http://prinsipmenulisresensi.blogspot.com/, (Rabu, 25/04/2012, 08:30)

3 Nurudin, Kiat Meresensi Buku di Media Cetak, hlm. viii.

4 Mukayat D.Brotowidjoyo, Metodologi Penelitian dan Penulisan Karangan Ilmiah, (Yogyakarta : Liberty,1991), hlm.96.

5 O. Setiawan Djuharie, Suherli, Panduan Membuat Karya Tulis, (Bandung: Yrama Widy, 2001), hlm. 22.

6 http://prinsipmenulisresensi.blogspot.com/, (Rabu, 25/04/2012, 08:30)

7 http://prinsipmenulisresensi.blogspot.com/, (Rabu, 25/04/2012, 08:30)

8 http://prinsipmenulisresensi.blogspot.com/, (Rabu, 25/04/2012, 08:30)